Raspberry Pi, sebuah mini pc yang tujuan awalnya diciptakan untuk urusan edukasi. form factor yang digunakan adalah single board computer dan terkesan seperti basis dari sebuah proyek DIY ketimbang produk yang ditujukan untuk konsumen umum. Namun kalau berdasarkan pengakuan Eben Upton sendiri selaku pendiri Raspberry Pi Foundation, jumlah orang yang menggunakan Raspberry Pi 4 meningkat drastis selama pandemi COVID-19.
Apa jadinya jika mini pc tersebut hadir dalam bentuk komputer fungsional yang siap pakai? yak, ternyata tidak sedikit yang menggunakan komputer semacam ini untuk keperluan bekerja maupun belajar. Seandainya Raspberry Pi bisa dibuat jadi lebih user-friendly lagi, mungkin konsumen yang tertarik menggunakannya sebagai komputer utama bakal semakin banyak lagi.
sumber: hackster.io
Berbekal dengan latar belakang tersebut, lahirlah Raspberry Pi 400, sebuah keyboard yang juga merupakan komputer fungsional. Cukup sambungkan monitor, lalu pasangkan mouse dan kartu microSD, maka kita bisa langsung menggunakannya untuk keperluan sehari-hari, di samping untuk belajar coding.
Bentuknya dalam bentuk keyboard tersebut mengingatkan kita dengan produk-produk lawas seperti Commodore 64 atau Apple II sebenarnya juga merupakan komputer yang menyamar sebagai papan ketik, dan merekalah yang menjadi inspirasi utama Raspberry Pi 400.
Commodore 64 (sumber: www.oldschoolgamermagazine.com)
Memang, era kemunculan Commodore 64 atau Apple II Di awal masa mikrokomputer masuk rumah pada tahun 1980 an, banyak komputer yang dijual dalam form factor keyboard seperti ini dan tinggal dicolok ke TV di rumah. Hal tersebut untuk mengurangi harga komputer, karena kebanyakan rumah tangga sudah punya layar TV. Raspberry PI 400 ini juga dibuat seperti itu: untuk dihubungkan ke TV atau layar yang sudah dimiliki (kebanyakan TV sekarang sudah memiliki input HDMI). Tentu saja implementasinya jauh lebih praktis karena memang dimensi Raspberry Pi sangatlah mungil.
Adapun spesifikasi teknisnya adalah sebagai berikut:
- CPU / GPU – ARM 64-bit quad-core (Cortex-A72 pada 1.5ghz), VideoCore (VI pada 500MHz)
- RAM 4 GB (LPDDR4)
- 3 Port USB (2 USB 3.0, 1 USB 2.0)
- 2 Port HDMI (mini)
- Jaringan – Port Gigabit Ethernet, Wifi (dual-band 802.11ac), Bluetooth (5.0).
- Penyimpanan – microSD, hingga 512GB.
- Konektor GPIO 40-pin (input / output tujuan umum)
menilik dari spesifikasi diatas, nampaknya Raspberry Pi 400 Ini tidak memakai prosessor baru, masih sama dengan SOC pada Raspberry Pi 4 tapi dalam bentuk keyboard. Kalau Raspberry Pi 4 punya banyak versi dengan RAM yang berbeda, RPI 400 ini hanya ada versi RAM 4GB.
Terkait Sistem Operasinya, Ada banyak sistem operasi alternatif untuk Raspberry Pi 4, termasuk juga Android 11. namun kebanyakan memang menggunakan OS resmi milik raspberry yaitu raspbian OS.
Sekarang untuk urusan banderol harga, ternyata juga relatif terjangkau. Satu unit Raspberry Pi 400 dihargai $70, atau konsumen juga bisa membeli dalam bentuk bundel lengkap seharga $100. Bundel tersebut turut mencakup mouse, power supply USB-C, kartu microSD dengan sistem operasi Raspberry Pi OS pre-installed, kabel micro HDMI ke HDMI, dan sebuah buku panduan pemula. Raspberry Pi 400 sudah tersedia di beberapa negara sejak awal 2021.
Dengan banderol tersebut, apakah Raspberry 200 ini Worth it?
Well, merogoh dompet sebesar 100 USD (1,4 jt rupiah asumsi memakai kit), dan masih butuh monitor (perkiraan saya LCD bekas yang memiliki HDMI sekitar 600 rb, atau bisa lebih murah untuk LCD lama tanpa HDMI walau akan perlu membeli konverter. Jadi minimum butuh 2 juta untuk bisa dipakai. ika ingin sekedar browsing, mengetik, dsb maka ini cukup, menikmati multimedia juga cukup.
Pilihan ada ditangan Anda.
Last, itulah pembahasan tentang Raspberry 400. Semoga dapat menjadi inspirasi positif untuk para pembaca sekalian.
Apabila Anda membutuhkan jasa pengerjaan project terkait Arduino IoT dan ingin memesan project bisa melakukan pemesanan dengan klik tombol dibawah ini:
Jika ada pertanyaan terkait pemesanan project bisa menghubungi – 081325645334 (Indobot Project)